Jaga Kebersamaan Menuju Indonesia Emas

PALANGKA RAYA/Corong Nusantara- Senator asal Kalimantan Tengah (Kalteng) Agustin Teras Narang tidak henti-hentinya mengingat semangat sejarah Indonesia. Mulai dari Kebangkitan Nasional 1908 melahirkan era Budi Utomo, berlanjut ke 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Akhirnya sampai pada 18 Agustus 1945, menandai lahirnya konstitusi Indonesia dan ditetapkan sebagai Hari Konstitusi.

Sejarah menjadi pembuka yang disampaikan Anggota DPD RI Daerah Pemilihan Kalteng Agustin Teras Narang pada Diskusi Empat Pilar MPR RI, Senin (20/9), bersama Wakil Ketua MPR RI Gus Jazuli Jazilul Fawaid dan Perwakilan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Romo Benny.

Melihat dari historis kesejarahan, para pendiri bangsa ini menyadari betul, berkenaan dengan masalah landasan ideologi, landasan konstitusional dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, termasuk spirit bahwa bangsa ini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Teras menyampaikan, kebiasaan pidato Bung Karno selalu diingat, khususnya pidato pada 17 Agustus 1956. Menariknya pernyataan Bung Karno ini, dikutip di buku Teras yang terbit pada 2003 silam. Pinsipnya, sebagai bangsa yang tidak dari satu adat istiadat, tidak pula dari satu agama, melainkan hidup dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tetapi satu.

“Kita berbeda, kita ini Bhinneka tetapi kita ini adalah satu atau Ika. Spirit dari Bung Karno ini mengingatkan dan menyadartahukan kita betapa penting untuk memahami dan menyadari betapa pentingnya pemahaman kita terhadap landasan ideologi, landasan konstitusional, wujud dari negara kita, dan memahami semangat dalam semboyan bangsa kita,” kata Teras.

Karena itu, papar Gubernur Kalteng periode 2005-2015, ini adalah suatu pekerjaan yang tidak boleh pernah berhenti, justru harus berkelanjutan. Juga tentu pekerjaan ini harus didasari pada perkembangan suatu era dan harus mampu menyesuaikan diri dengan era yang ada.

Era milenial saat ini juga memiliki tantangan seperti Covid-19, disrupsi dan hadirnya shifting di berbagai lini. Kemampuan untuk beradaptasi dan dengan cepat melaju di dalam ragam situasi ini.

“Saya juga mengajak seluruh kolega anggota MPR RI, baik yang berada di DPR RI maupun DPD RI agar dalam perbedaan, tetap menjaga unsur kebersamaan. Terutama untuk menuju era Indonesia Emas yang kita harapkan terjadi pada 2045 mendatang. Sosialisasi Empat Pilar Pancasila, Undang-Undang Dasar NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika pun, harus kita sesuaikan dengan apa yang kita alami sekarang,” kata Teras.

Kondisi-kondisi terkini, urai Teras, sosialisasi kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik harus terus dilakukan. Menyesuaikan dengan kondisi serta gerak zaman hari ini. Kita tidak bisa lagi berpikir Business as usual, tetapi harus melakukan tindakan Business not as usual. Malahan terkadang harus melakukan quantum leap atau lompatan besar dalam rangka mengejar ketertinggalan.

“Kita harus menjawab pertanyaan tentang kesiapan kita dalam melakukan lompatan. Lewat persiapan-persiapan yang tentu menjadi kewajiban bagi pemerintah menyiapkannya. Termasuk di antaranya adalah masalah pendidikan, kebudayaan dan bidang kehidupan berbangsa lainnya. Ini jadi bagian penting dalam rangka kita melakukan sosialisasi empat pilar yang menjadi komitmen bangsa, yang menjadi komitmen negara kita ini,” katanya.

Teras juga mengingatkan pada Romo Benny, agar sekiranya sesuai pasal 9 ayat 1 dari UUD NRI 1945 yang mengatur format sumpah dan janji presiden dan wakil presiden agar dapat menyertakan Pancasila di dalamnya. Mengingat selama ini hanya menyertakan kesediaan memegang teguh UUD dan menjalankan Undang-Undang serta peraturan dengan selurus-lurusnya.

Semoga dengan situasi kebangsaan yang terus berkembang di tengah era teknologi informasi ini, komitmen terhadap Pancasila tetap dipegang teguh. Bukan sebatas slogan, tapi mewujud dalam kebijakan yang dirasakan oleh seluruh elemen bangsa. ded

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *